Senin, 27 April 2015

Ratapan hati sang pecundang

Ratapan hati sang pencundang

Ingin ku menggerang sekeras karang di laut
Ingin ku berteriak secepat angin berhembus
Ingin ku menangis sederas badai menerpa
    Tak ada yang mau mendengar
    Ratapan hati sang pecundang
    Senjata yang ku asah sendiri
    Kini mengiris hatiku
Oh tuhan
Ingin ku sampaikan keluhku
Kepada bintang yang gemerlap
Semuanya sombong, tak pernah mendengar
Ratapan hati sang pencundang
    Sendiri kuhadapi
    Tanpa ada bintang yang menerangi
    Tanpa ada karang yang melindungi
    Tanpa ada angin yang menyejukan
Tak ada awan yang meneduhkan
Dari panasnya mentari ini
Tak ada tanah tempat berpijak
dari dalamnya lautan ini
apakah ini nasib si pecundang?
Apakah ini nasib si bodoh?
Aku tidak tau
Entah aku yang dicundangi atau
 aku yang mencundangi
Yang pasti diantara kita adalah pencundang.

malaikat Penyatu Cinta

Cinta,ya begitulah aku mengartikan perasaan ini selama satu tahun belakangan ini. Perasaan kepada dia yang tak pernah mengenalku. Jangankan untuk mengenal, berbicara denganku saja dia tidak pernah. Dia seorang pria yang mempunyai daya tarik yang luar biasa. Dia berhasil manaklukan hatiku. dia bukan cinta pertamaku, akan tetapi mungkin dia akan menjadi cinta terakhirku.
    Satu tahun aku menunggunya, walau dia tak pernah tahu akan perasaanku. Aku sungguh sungguh mencintainya. Terkadang aku begitu konyol, ketika dia didekatku aku mengalihkan pandanganku ke bawah, akan tetapi ketika dia jauh aku memandangi punggungnya. Walaupun Cuma punggung aku puas melihatnya.
    Aku ingat ketika aku berada di dalam kelas, dan dia duduk di depan kelasnya. Kebetulan kelas kami berhadapan. Aku terus melihatnya walau akhirnya aku dikejutkan oleh seorang temanku “eh lagi ngelihatin siapa?” kata temanku. “eh fi, gak liatin siapa siapa kok” jawabku gugup. “trus kenapa lu ngeliat keluar jendela?” Tanyanya lagi. “ih, kepo lu ya, gua cuman liatin orang main basket kok” karangku seadanya. Kebetulan saat itu ada tournament basketball di Sekolahku. “gua kirain lu liatin reno” kata temanku. “ih apaan sih, ngapain juga gua liatin reno” jawabku berbohong kepadanya. “oo.., dari logat lu, lu suka ya sama reno?” Tanya dia, waktu itu jantungku berdetak kencang, aku pun mencoba menyimpan perasaanku sendiri. “gak kok fi, gua biasa aja sama dia” kataku kembali berbohong. “oh syukurlah, sebenarnya gua itu suka sama dia sya” katanya kepadaku, aku terkejut dengan perkataannya. Setelah mengatakan hal itu dia pergi entah kemana.  Hatiku hancur aku langsung berlari ke toilet sekolah untuk menangis sejadinya.
    Di toilet sekolah aku menangis, sambil berkata “ kenapa harus fifi, kenapa gak yang lain” airmataku mulai menitik membasahi pipiku. Aku takut persahabatan yang aku jalin dengan fifi 3 tahun ini hancur berantakan. Ku coba menenangkan diri di toilet sampai bel pulang berbunyi, aku pun keluar dengan mata sembab. Semua teman teman keheranan melihatku, mungkin karena mataku yang sembab dan penampilanku yang acak acakan. Aku berjalan menuju kelasku dengan lunglai, tiada semangat yang tinggal dalam ragaku.
    Setelah memasuki kelas secepatnya aku rangkul tasku dari mejaku. Aku berlari meninggalkan kelas itu, aku benci hari itu. Di gerbang sekolah aku melihatnya, dia bersama perempuan. Setelah ku dekati ternyata dia adalah fifi, “hai rasya?” sapa fifi. “hai juga fi” jawabku lalu ku pergi meninggalkan mereka. Aku pun terhenti disaat seorang menarik tanganku, ah ternyata dia yang menarik tanganku. “rasya, apakah gua boleh kerumah lu nanti sore” pinta reno padaku. “tapi, aku gak..” kata kataku terpotong saat fifi bicara “boleh ya sya” pinta fifi. “gak bisa fi, gua gak di bolehin sama nyokap bawa cowok kerumah” kataku mencari alasan, sebenar aku bahagia saat itu, tapi aku harus menjaga perasaan fifi. “rasya..raysa, kan kita perginya berdua kerumah lu. Gak mungkin dimarahin lah” kata fifi. Aku terdiam, hatiku hancur dan aku mencoba tegar menghadapi sebuah kenyataan pahit. “sya, rasya, kenapa lu diam? Boleh gak?” Tanya reno kepadaku. Hahah dari mana reno mengetahui namaku, mungkin fifi yang memberitahukan kepadanya. “hmm, gimana ya, lihat aja nanti” kataku ragu. “sya, kita Cuma belajar bareng kok, boleh ya sya?” pinta reno. “hmm,” aku pun mengangguk. Setelah itu aku pergi meninggalkan reno dan fifi. Reno tersenyum kearah fifi, entah apa yang mereka pikirkan.
Setiba rumah,aku langsung menuju kedalam kamarku. aku gak nyangka nanti sore hatiku akan tersayat oleh cintaku. Apa ini semua rencananya fifi, apa fifi ingin aku sakit hati?. tapi tak mungkin karena fifi tidak mengetahui perasaanku kepada reno. Aku ambil diary yang ada di atas meja belajarku. Aku buka lalu aku tulis lembaran kosong itu.
Dear diary
Minggu 13 april 2015
Tuhan, hatiku sangat hancur ketika sahabatku berkata kalau dia mencintai dia. Aku juga bingung tuhan ketika dia dan sahabatku mau kerumahku tuhan. Aku gak bisa begini terus tuhan.
    HPku berdering, menandakan ada SMS masuk. Ku Buka SMS itu isinya begini
084523788776
“Rasya ya?”
Aku
“Ya”
084523788776
“ini gua, reno. Gua dan fifi udh di depn rmh lu nih”
Aku
“ya, tunggu bentar ya gua bukain pintu”
Aku pun berlari, untuk membukakan pintu mereka.
“hai sya” sapa fifi
“ hai fi, hai no” sapaku
Reno tersenyum, betapa manisnya senyumnya. Setelah itu mereka masuk kedalam rumah ku.
“sya, bokap, nyokap lu kemana” Tanya fifi
“lagi dinas keluar , kalau papa dinas ke singapur,mama ke jepang jadi rumah sepi deh” jawabku
“kak rangga mana” Tanya fifi kepadaku
“lagi kuliah, palingan pulangnya nanti malem” jawabku
Fifi, tampak tersenyum kepada reno, reno pun membalas senyuman fifi itu. Betapa sakit hatiku ketika itu.
“oh ya sekarang kita mau belajar apa” Tanya ku membuyarkan senyuman mereka
“gak kok kita gak kesini gak mau belajar” kata fifi
“tadi kan kalian” kata kataku dipotong oleh reno “sya, gua kesini mau nembak cewek. Dan gua pengen lu dengar semuanya dan satu lagi gua pengen rumah lu ini jadi saksi bisu kalau gua dan cewek yang menghiasi hati gua selama 3 tahun ini udah jadian” jelas reno
“maksud kamu?” Tanya ku sambil menahan air mata.
“ya, emang kurang jelas yang gua bilang tadi” jawab reno
“oo” jawab ku singkat.
“hmm, kalau gitu gua mau tau dulu isi hati cewek itu” kata reno
“menurut gua dia juga mencintai lu kok ren” kata fifi
Perasaan ku tak menentu, antara hancur atau bingung. Aku lemas, sambil menahan airmataku. Lalu reno memegang tanganku, “sya, kamulah orang yang aku cinta selama ini sya. Sya aku mohon terima aku jadi pacarmu sya” kata reno
Aku terkejut dan menoleh kearah fifi, fifi mengangguk lalu aku berkata “ bagaimana dengan kamu fi?,tapi kamu” perkataan ku dipotong oleh fifi “oh masalah itu, begini sebenarnya tadi gua Cuma menguji perasaan lu sama reno. Eh ternyata saat gua ngikutin lu dari belakang gua lihat lu masuk ke toilet, gua dengar dari dalam lu nangis sambil lu bilang “kenapa harus fifi” gua langsung pergi waktu itu. Asal lu tau gua sama reno itu saudara sepupu, dan reno udah banyak cerita tentang lu ke gua. Tadi waktu dengar bokap nyokap lu gak ada dirumah, waktu aku berpikir kalau ini waktunya reno mengungkapkan perasaannya” jelas fifi
“tapi ren, kalau memang lu menyukai gua dari dulu kenapa lu gak pernah respect ma gua” Tanya aku pada reno
“rasya, dari dulu gua mencinta lu, gua sayang sama lu, tau gak waktu lu olahraga, gua liatin lu terus. Lu nyadar gak waktu lu nunduk saat kita bertemu, gua ngelihatin lu, gua sayang ma lu sya. Tapi waktu itu gua gak berani nyapa lu sya apalagi mendekati lu sya. Kalau gak karena fifi gua gak akan berani nyatain perasaan ini sya” jelas reno
“oo” kata ku singkat
“bagaimana sya, apa kamu mau jadi pacarku?” Tanya reno kembali.
“iya ren, aku mau jadi pacar lu” jawabku
Reno tersenyum tanda bahagia, aku pun membalas senyuman reno. kami menjadi sepasang kekasih hingga sampai kejenjang pernikahan kami saat sekarang. Di saat ini kami sedang berada di pelaminan. Fifi adalah orang yang paling berjasa dikehidupan cinta kami. Kalau gak karena fifi, mungkin kita gak akan sampai ke pelaminan ini. Ketika kami bertengkar fifi yang meredakan semuanya. Sekarang fifi pasti bahagia dari atas sana. 2 tahun yang lalu fifi meninggal dunia karena penyakit yang dia sembunyikan dari kami selama 4 tahun. Mudah mudahan dia bahagia melihat kami bersanding di pelaminan ini.

Menunggu Dirinya

karya : fhitratul illahi
    Perkenalkan, nama ku Yuna gladisya. Teman temanku sering memanggilku “Yuna”. Cerita ini terjadi tepat saat ku memasuki SMA. Sekarang aku kelas XI jurusan IPS di SMA Harapan Bangsa. Ini adalah cerita cintaku dengannya.
    Aku tau dirinya sejak SMP, . Entah sejak kapan rasa ini tumbuh di dalam hatiku. Aku bingung harus aku apakan rasa ini. Awal masuk SMA ku pilih jurusan IPS agar aku dan dia sekelas. Namun usahaku sia sia, aku dan dia tidak dipersatukan di dalam kelas.
    Kadang aku hanya melihat dia dari jauh. Aku hanya bisa melihat punggungnya. Hanya bisa melihat gerak gerik bibirnya yang berbicara dengan temannya. Bahkan aku tak pernah mendengar suaranya. Mungkin suatu saat nanti dia mengetahui perasaanku ini.
    Aku ingat waktu itu dia menuju kelasnya, entah siapa yang dia lihat yang pasti dia berhenti dan melihat kearah seseorang. Aku melihatnya dengan jelas. Jujur saat itu aku sakit hati namun ku coba tetap tersenyum agar teman temanku tak mencurigaiku.
    Waktu itu aku juga melihatnya, disaat dia melihat ke arah seseorang. Seseorang yang mungkin dia cintai. Betapa sakitnya hati ini namun ku coba menahan tetes air mata agar tak membajiri pipiku.
    Jujur aku tak sanggup harus melihat hal itu. Jujur aku sakit hati, karena aku sangat mencintainya. Namun aku tau dia terlalu sempurna untuk seorang yuna. Aku hanyalah seorang gadis yang tak memiliki ke istimewaan yang dapat di banggakan. Aku tidak seperti dia yang selalu mendapat juara di setiap sport olimpiade yang dia ikuti. Aku hanyalah seorang gadis yang hanya mampu meluapkankan perasaannya lewat puisi maupun cerpen. Aku tak sanggup untuk berdiri disamping sang pengisi hatiku. Aku tak sanggup duduk di sebelah penghuni hatiku. Aku takut dia bersikap dingin kepadaku seperti kepada cewek cewek yang lain.
    Aku janji, aku akan menunggu dia sampai dia mencintaiku. Aku tak akan pernah tinggalkan dia. Aku tak berharap hal yang tak pasti, yang aku harapkan adalah menjadi sahabatnya. Hanya itu bukan menjadi pacarnya, karena ku tau hal itu tak akan pernah terjadi, SAMPAI KAPANpun.

Aku takut mencintaimu

karya : Fhitratul Illahi
    Hampir satu tahun aku mencintainya, melihat semua gerak geriknya dari kejauhan. Sesosok lelaki yang menarik hati, berpakaian serba rapi ke sekolah. Lelaki jurusan IPS yang aku kagumi adalah sesosok laki laki yang di dambakan cewek satu sekolahan. Aku tau, aku ini tidak pantas untuk lelaki itu. Lelaki yang rajin sholat, lelaki yang benar benar aku cintai bahkan untuk menatapnya dalam waktu lamapun aku tak sanggup.
Ketika pagi menjelang, mataharipun bangun dari singgasananya. disaat itu aku selalu mengingat namanya. Nama yang sangat indah diucapkan. Nama yang setiap hari ku dengar, mengapa bisa? Karena dia merupakan cowok yang popular disekolahan, banyak cewek cantik mengejarnya. Akan tetapi dia acuhkan begitu saja.
    Mungkin penantian yang sangat ku impikan ini tak akan pernah berakhir bahagia. Jangankan untuk berbicara dengannya, ketika ku melihatnya dia tak pernah hiraukan. Aku sering sedih bahkan hampir menagis dibuatnya. Namun aku tetap menahan air mataku agar  tak jatuh membasahi mimpiku.
    Hari pertama di SMA tahun lalu , aku berharap dia sekelas denganku. Namun harapanku jauh dari nyata. Ku coba rela walau itu sakit. Ku coba jalani hidup tanpa dia dengan dihiasi rasa sakit selama satu tahun ini. Hampir tiap hari air mata membasahi kedua pipiku. Namun ku tetap melukiskan senyum di wajahku.
    Ku coba bohongi perasaanku kepada semua orang. Namun tetap saja hati ini miliknya. Ku dengar curhat dari teman yang mencintainya, ku selalu menjelek jelekan dia namun hati ku hancur karena mereka membela dia.aku cemburu ketika itu.
       . Aku takut jujur pada dirinya kalau aku mencintainya.Aku pernah mendengar cerita dari temanku yang menyukaimu. Aku tak sanggup untuk menceritakannya. Susah untuk melupakanmu, aku tak ingin perasaan ini besemayam di dalam hatiku, aku ingin perasaan ini hilang, oh tuhan bawalah pergi.
    Aku takut dia membenciku karena cintaku, aku takut dia membentakku. Tuhan aku takut dia tak lagi menganggapku. Aku takut mencintainya, tuhan.