Bayangan Terakhir
karya Fhitratul illahi
Sudah lebih dari satu bulan yang lalu
kamu pacaran. Namun hati ini tidak mampu merelakanmu. Walaupun aku sudah
mencoba merelakan, namun sakit yang ku dapat. Aku ingin belajar melupakannya.
Aku ingin mencoba menghilangkan rasa ini.
Satu bulan yang lalu, ketika temanku
berkata “hey, kamu tau kabar terbaru gak?”
Katanya sambil menepuk bahuku dari belakang. Aku kaget, dan langsung
berkata “apa apaan sih?, kalau jantung gua copot gimana?” kataku jutek. “eeh
lebay, lu ki” ledeknya. “gua serius kale” kataku jengkel. “eh kamu tau gak
berita itu?” Tanyanya lagi. “ih, lu ratu gosib, ra. Semua gosib lu sebarin.
Tapi nyatanya gak ada yang benaran tuh” kata ku dengan judes. “ini bukan gosib
kiara, ini berita and ini sudah terbukti kebenarannya 100%” katanya
meyakinkanku. Aku tetap tidak percaya dengan ucapan Larra. “yah, mungkin memang
benar” kataku sedikit cuek. “lu cuek banget sih, pantesan aja gak ada cowok
yang berani mendekati lu” kata larra kepadaku. “yah, menurut gua, berita atau
gosib itu gak penting banget deh” kataku kepadanya. “ya udah kalau gak mau tau”
katanya sambil meninggalkanku. Dia berhenti dan bertanya “beneran nich!, lu gak
mau tau”. Aku pun balik bertanya padanya “emangnya berita tentang apaan sich?”.
“yee, tadi aja lu sok gak pengen tau” katanya dengan judes kepadaku. “ya udah
kalau gak mau ngasih tau” kataku sedikit kesal. Dia mendekatiku dan berkata “lu
ngambek ya ki, jangan ngambek ya ki”. Aku hanya diam, lalu dia berkata “raa,
oke gua cerita. Sebenarnya berita ini udah tersebar di sekolah. Lu tau gak si
Ricky?” tanyanya padaku. “tau, emang kenapa dengan dia? Apa dia kecelakaan?
Atau dia sedang sakit” tanyaku penuh dengan selidik. “gak gitu ki, si Ricky
yang dulunya terkesan cuek banget sama cewek, sekarang pacaran sama si Teysa”
jelas larra padaku. “hah, yang benar?” Tanya ku sambil menahan rasa sakit ini.
“benar ra” jawabnya meyakinkanku. Dia tersenyum lalu meninggalkanku, kubalas
senyum tulusnya dengan senyum paksaan dari bibirku.
Begitulah
percakapanku dengan larra temanku. Darinya aku mengetahui semua fakta ini.
selama ini penantianku begitu sia sia. Disini, sekarang aku menyendiri seorang
diri. Tak pernah menyangka kalau hatiku tersakiti lagi. Gak nyangka peristiwa
itu sudah sebulan yang lalu. Namun luka yang kudapat belum kunjung kering.
Ditengah lamunan ku lihat sosok tinggi dan berkarisma. Dia tersenyum ke arahku,
aku membalas senyumnya. Manisnya senyumnya, namun tetap saja aku harus menerima
kenyataan.
“kiara ya?” Tanya pemuda itu kepadaku.
“ya, aku kiara” kataku kepadanya. “biasa aja ki, kok lu gugup banget sih?, tadi
guru geografi nyuruh gua untuk memberikan ini buat lu” katanya padaku, lalu ya
tersenyum dan pergi meninggalkanku. “yah, thanks ya” kataku. Dia menoleh
kearahku dan melemparkan senyuman manis itu. “teysa,” teriaknya, ya mendekati
tesya. Entah apa yang mereka perbincangkan. Aku melihat mereka tertawa. Hmm,
senangnya melihat dia tertawa bahagia seperti itu.
*****
“hy kiara” sapa tesya kepadaku. Ah, tesya mengetahui
namaku? Darimana dia tahu?. “ya, tesya ya?” jawabku sambil melmparkan senyum.
“yap, kamu jangan heran gitu, biasa aja kali” katanya sambil tersenyum
kepadaku. “gak sya, gua Cuma heran, darimana lu tahu nama gua?” tanyaku
keheranan. “hmm, dari teman gua. Katanya lu mau ikut olimpiade ya?” tanyanya
kepadaku. “gak tau sya, ini besok gua mau ikut seleksi, kalau gak ke pilih ya
udah. Itu takdir sya” jelasku pada tesya. “eh Ricky juga ikut lho”
pernyataannya itu menusuk relungku. “oh, ya? Kamu gak ikutan sya?” tanyaku pada
tesya. “hmm, aku gak PD ki” ungkapnya kepadaku dengan polos. “yah ikutan aja,
moga moga lu di terima” bujukku kepadanya. “yah, gua Tanya Ricky dulu deh”
katanya menjawab bujukan dariku. “hmm” jawabku singkat. “kiara, aku pergi dulu
ya. Ada ricky tuh” katanya sambil menunjuk Ricky. Lau dia berlari menuju tampat
ricky berada. Air mataku mengalir seiring menjauhnya tesya. Tesya memang wanita
yang terbaik menurutku.
*****
“ki” teriak seorang dari belakang. Ah
rupanya itu Agni, teman sekelasku. Aku berhenti. Agni pun berkata “eh, ki lu
dekat banget sih sama si tesya” Tanyanya padaku. “emang kenapa? Aku balik bertanya
kepadanya. “ih, semua cewek disekolah ini tu benci sama dia” jelas agni
kepadaku, pernyataan agni tadi membuatku marah. Aku pun bertanya “kenapa kalian
membecinya”. Dia menjawab pertanyaanku dengan penuh amarah “lu, tau gak sih.
Semua orang di sekolah ini menyukai Ricky. Tapi kenapa Tesya yang
mendapatkannya. Kenapa gak Azwa, wanita yang paling cantik di sekolah ini. atau
lu ki, lu kan cantik ditambah pintar lagi” jelasnya padaku. “agni, jodoh itu
udah ada yang ngatur, tesya orang yang terbaik buatnya untuk sekarang. Lagian
gua gak sebaik tesya kok. Tesya seorang perempuan yang cantik, tutur katanya
lembut sekali. Dia pantas dengan Ricky yang tampan dan pintar” ungkapku kepada
gadis yang sedang cemburu buta itu. “lu munafik ki, lu cinta kan sama Ricky? “
ungkapan dari nya membuat jantungku berdetak cepat. Aku pun menjawab dengan
jujur “agni, gua mencintai Ricky. gua ingin Ricky bahagia bersama Tesya.
Gua gak mau kebahagiaan mereka hancur
Cuma gara gara gua”. “hmm”, ungkapnya sebal. Dia pergi meninggalkanku. Aku
tersenyum melihat temanku itu.
****
“kamu diterima ki” Tanya si gadis
beruntung itu. “iya sya, aku diterima” kataku padanya. “oh syukurlah, ricky
juga diterima. Tapi aku gak di terima” ungkapnya secara polos. “gak apa apa
sya, lu bisa nyoba lagi tahun depan kok” aku mencoba menghiburnya. “iya, ki.
Tahun depan aku pasti ikut olimpiade itu” katanya penuh semangat, aku tersenyum
mendengarnya.
******
“Ah, apaan nih” kataku saat sebotol
air mineral tumpah di bajuku. ah, rupanya itu hanya lamunan. Gak ada tesya yang
mengenalku. Gak ada agni yang cemburu dan gak ada aku dan ricky diterima di
olimpiade itu. “maaf..maaf” kudengar suara yang asing bagiku. “yah, basah deh.”
Kataku jengkel. “yah, maaf ya. Kiara kan?”. Tanya nya. “ku menoleh ke asal
suara tersebut. Ku lihat tesya dan Ricky. “i..iiya, gua Kiara”jawab ku terbata
bata. “terima kasih ya” kata tesya kepadaku, ricky yang di samping tesya hanya
tersenyum kecil. “terima kasih untuk apa?” tanyaku kepada tesya. “terima kasih
telah mencintai Ricky dengan tulus” jawabnya aku terkejut mendengar ucapan yang
keluar dari bibir tesya. “aku tahu semua ki, aku dapat lihat dari gerak gerikmu
ki” dia tersenyum dan meninggalkanku. Ricky pun tersenyum tak kalah manisnya.
“bye, kiara azyura, saya harap kamu menemukan orang yang lebih baik dariku”.
Aku tersenyum mendengarnya, lalu berkata “kau ucap kata yang buatku tenang
sesaat. Kau lempar senyum yang buatku terpana. Namun hati tersayat, bila ku
dengar kalimat yang kau ucap. Terima kasih. Tapi aku Cuma ingin kau tahu,aku
sangat mencintaimu. izinkan aku mencintaimu. Hanya itu yang ku mau.” Teysa dan
ricky berhenti. Lalu tesya menjawabnya
“kiara, semua orang berhak mencintai Ricky, termasuk kamu” dia tersenyum dan
melirik kearah Ricky. “cintailah aku seadanya ki, karena ku tahu cinta darimu
hanya cinta sesaat” jawabnya sambil tersenyum kearahku. “ini bukan cinta sesaat
seperti mereka Ricky, aku mencintaimu sepenuh hatiku Ricki” kataku padanya.
“kumohon, jangan cintai aku sepenuhnya, karena aku gak akan bisa mengembalikan
cintamu itu ki” kali ini dia tak tersenyum. “kalau begitu, izinkan aku
melupakanmu” kataku pada ricky. “ki, semua orang berhak mencintai dan berhak
pula melupakan. Itu hak kamu, jangan minta izin kepada ricky” katanya kepadaku.
Ricky tersenyum dan aku tertunduk.
Aku sudah berjanji akan melupakan dia,
dia Ricky prasetyo. Dia tidak akan pernah ada lagi di hati Kiara azyura.