Rabu, 27 Mei 2015

Bayangan Terakhir



Bayangan Terakhir
karya Fhitratul illahi
Sudah lebih dari satu bulan yang lalu kamu pacaran. Namun hati ini tidak mampu merelakanmu. Walaupun aku sudah mencoba merelakan, namun sakit yang ku dapat. Aku ingin belajar melupakannya. Aku ingin mencoba menghilangkan rasa ini.
Satu bulan yang lalu, ketika temanku berkata “hey, kamu tau kabar terbaru gak?”  Katanya sambil menepuk bahuku dari belakang. Aku kaget, dan langsung berkata “apa apaan sih?, kalau jantung gua copot gimana?” kataku jutek. “eeh lebay, lu ki” ledeknya. “gua serius kale” kataku jengkel. “eh kamu tau gak berita itu?” Tanyanya lagi. “ih, lu ratu gosib, ra. Semua gosib lu sebarin. Tapi nyatanya gak ada yang benaran tuh” kata ku dengan judes. “ini bukan gosib kiara, ini berita and ini sudah terbukti kebenarannya 100%” katanya meyakinkanku. Aku tetap tidak percaya dengan ucapan Larra. “yah, mungkin memang benar” kataku sedikit cuek. “lu cuek banget sih, pantesan aja gak ada cowok yang berani mendekati lu” kata larra kepadaku. “yah, menurut gua, berita atau gosib itu gak penting banget deh” kataku kepadanya. “ya udah kalau gak mau tau” katanya sambil meninggalkanku. Dia berhenti dan bertanya “beneran nich!, lu gak mau tau”. Aku pun balik bertanya padanya “emangnya berita tentang apaan sich?”. “yee, tadi aja lu sok gak pengen tau” katanya dengan judes kepadaku. “ya udah kalau gak mau ngasih tau” kataku sedikit kesal. Dia mendekatiku dan berkata “lu ngambek ya ki, jangan ngambek ya ki”. Aku hanya diam, lalu dia berkata “raa, oke gua cerita. Sebenarnya berita ini udah tersebar di sekolah. Lu tau gak si Ricky?” tanyanya padaku. “tau, emang kenapa dengan dia? Apa dia kecelakaan? Atau dia sedang sakit” tanyaku penuh dengan selidik. “gak gitu ki, si Ricky yang dulunya terkesan cuek banget sama cewek, sekarang pacaran sama si Teysa” jelas larra padaku. “hah, yang benar?” Tanya ku sambil menahan rasa sakit ini. “benar ra” jawabnya meyakinkanku. Dia tersenyum lalu meninggalkanku, kubalas senyum tulusnya dengan senyum paksaan dari bibirku.
            Begitulah percakapanku dengan larra temanku. Darinya aku mengetahui semua fakta ini. selama ini penantianku begitu sia sia. Disini, sekarang aku menyendiri seorang diri. Tak pernah menyangka kalau hatiku tersakiti lagi. Gak nyangka peristiwa itu sudah sebulan yang lalu. Namun luka yang kudapat belum kunjung kering. Ditengah lamunan ku lihat sosok tinggi dan berkarisma. Dia tersenyum ke arahku, aku membalas senyumnya. Manisnya senyumnya, namun tetap saja aku harus menerima kenyataan.
“kiara ya?” Tanya pemuda itu kepadaku. “ya, aku kiara” kataku kepadanya. “biasa aja ki, kok lu gugup banget sih?, tadi guru geografi nyuruh gua untuk memberikan ini buat lu” katanya padaku, lalu ya tersenyum dan pergi meninggalkanku. “yah, thanks ya” kataku. Dia menoleh kearahku dan melemparkan senyuman manis itu. “teysa,” teriaknya, ya mendekati tesya. Entah apa yang mereka perbincangkan. Aku melihat mereka tertawa. Hmm, senangnya melihat dia tertawa bahagia seperti itu.
*****
           
“hy kiara”  sapa tesya kepadaku. Ah, tesya mengetahui namaku? Darimana dia tahu?. “ya, tesya ya?” jawabku sambil melmparkan senyum. “yap, kamu jangan heran gitu, biasa aja kali” katanya sambil tersenyum kepadaku. “gak sya, gua Cuma heran, darimana lu tahu nama gua?” tanyaku keheranan. “hmm, dari teman gua. Katanya lu mau ikut olimpiade ya?” tanyanya kepadaku. “gak tau sya, ini besok gua mau ikut seleksi, kalau gak ke pilih ya udah. Itu takdir sya” jelasku pada tesya. “eh Ricky juga ikut lho” pernyataannya itu menusuk relungku. “oh, ya? Kamu gak ikutan sya?” tanyaku pada tesya. “hmm, aku gak PD ki” ungkapnya kepadaku dengan polos. “yah ikutan aja, moga moga lu di terima” bujukku kepadanya. “yah, gua Tanya Ricky dulu deh” katanya menjawab bujukan dariku. “hmm” jawabku singkat. “kiara, aku pergi dulu ya. Ada ricky tuh” katanya sambil menunjuk Ricky. Lau dia berlari menuju tampat ricky berada. Air mataku mengalir seiring menjauhnya tesya. Tesya memang wanita yang terbaik menurutku.
*****
“ki” teriak seorang dari belakang. Ah rupanya itu Agni, teman sekelasku. Aku berhenti. Agni pun berkata “eh, ki lu dekat banget sih sama si tesya” Tanyanya padaku. “emang kenapa? Aku balik bertanya kepadanya. “ih, semua cewek disekolah ini tu benci sama dia” jelas agni kepadaku, pernyataan agni tadi membuatku marah. Aku pun bertanya “kenapa kalian membecinya”. Dia menjawab pertanyaanku dengan penuh amarah “lu, tau gak sih. Semua orang di sekolah ini menyukai Ricky. Tapi kenapa Tesya yang mendapatkannya. Kenapa gak Azwa, wanita yang paling cantik di sekolah ini. atau lu ki, lu kan cantik ditambah pintar lagi” jelasnya padaku. “agni, jodoh itu udah ada yang ngatur, tesya orang yang terbaik buatnya untuk sekarang. Lagian gua gak sebaik tesya kok. Tesya seorang perempuan yang cantik, tutur katanya lembut sekali. Dia pantas dengan Ricky yang tampan dan pintar” ungkapku kepada gadis yang sedang cemburu buta itu. “lu munafik ki, lu cinta kan sama Ricky? “ ungkapan dari nya membuat jantungku berdetak cepat. Aku pun menjawab dengan jujur “agni, gua mencintai Ricky. gua ingin Ricky bahagia bersama Tesya. Gua  gak mau kebahagiaan mereka hancur Cuma gara gara gua”. “hmm”, ungkapnya sebal. Dia pergi meninggalkanku. Aku tersenyum melihat temanku itu.
****


“kamu diterima ki” Tanya si gadis beruntung itu. “iya sya, aku diterima” kataku padanya. “oh syukurlah, ricky juga diterima. Tapi aku gak di terima” ungkapnya secara polos. “gak apa apa sya, lu bisa nyoba lagi tahun depan kok” aku mencoba menghiburnya. “iya, ki. Tahun depan aku pasti ikut olimpiade itu” katanya penuh semangat, aku tersenyum mendengarnya.
******
“Ah, apaan nih” kataku saat sebotol air mineral tumpah di bajuku. ah, rupanya itu hanya lamunan. Gak ada tesya yang mengenalku. Gak ada agni yang cemburu dan gak ada aku dan ricky diterima di olimpiade itu. “maaf..maaf” kudengar suara yang asing bagiku. “yah, basah deh.” Kataku jengkel. “yah, maaf ya. Kiara kan?”. Tanya nya. “ku menoleh ke asal suara tersebut. Ku lihat tesya dan Ricky. “i..iiya, gua Kiara”jawab ku terbata bata. “terima kasih ya” kata tesya kepadaku, ricky yang di samping tesya hanya tersenyum kecil. “terima kasih untuk apa?” tanyaku kepada tesya. “terima kasih telah mencintai Ricky dengan tulus” jawabnya aku terkejut mendengar ucapan yang keluar dari bibir tesya. “aku tahu semua ki, aku dapat lihat dari gerak gerikmu ki” dia tersenyum dan meninggalkanku. Ricky pun tersenyum tak kalah manisnya. “bye, kiara azyura, saya harap kamu menemukan orang yang lebih baik dariku”. Aku tersenyum mendengarnya, lalu berkata “kau ucap kata yang buatku tenang sesaat. Kau lempar senyum yang buatku terpana. Namun hati tersayat, bila ku dengar kalimat yang kau ucap. Terima kasih. Tapi aku Cuma ingin kau tahu,aku sangat mencintaimu. izinkan aku mencintaimu. Hanya itu yang ku mau.” Teysa dan ricky berhenti.  Lalu tesya menjawabnya “kiara, semua orang berhak mencintai Ricky, termasuk kamu” dia tersenyum dan melirik kearah Ricky. “cintailah aku seadanya ki, karena ku tahu cinta darimu hanya cinta sesaat” jawabnya sambil tersenyum kearahku. “ini bukan cinta sesaat seperti mereka Ricky, aku mencintaimu sepenuh hatiku Ricki” kataku padanya. “kumohon, jangan cintai aku sepenuhnya, karena aku gak akan bisa mengembalikan cintamu itu ki” kali ini dia tak tersenyum. “kalau begitu, izinkan aku melupakanmu” kataku pada ricky. “ki, semua orang berhak mencintai dan berhak pula melupakan. Itu hak kamu, jangan minta izin kepada ricky” katanya kepadaku. Ricky tersenyum dan aku tertunduk.
Aku sudah berjanji akan melupakan dia, dia Ricky prasetyo. Dia tidak akan pernah ada lagi di hati Kiara azyura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar