Ku pikir rasa ini tak mungkin ku pertahankan. Bagaimana mungkin aku mengharapkan kekasih orang. Dia begitu sempurna, hendaknya dia mendapat pasangan yang sempurna pula, yaitu pacarnya. Apa yang harus kulakukan. Apa aku harus berteriak kalau aku mencintainya?, ah ku rasa tak mungkin, ku tak mau merusak hubungan mereka.
Ketika ku ingat peristiwa itu, hatiku sakit. Minggu itu adalah minggu yang paling burukku bagiku selama tahun 2015 ini. dan minggu itu mungkin minggu yang bahagia buat mereka. Ya tentu saja bahagia buat mereka tapi menyakitkan buatku. Ah, kenapa cemburu kepada mereka?, toh bukan siapa siapa dia?.
Mulai hari ini kucoba merelakan dia bersamanya. Kenapa susah sekali untuk merelakannya. Tapi ya sudahlah, biarlah perasaanku hilang siring berjalannya waktu. Mungkin dia tidak terbaik untukku. Dia terlalu sempurna untukku. Aku tak sepantasnya mendapatkan orang seperti dia.
Kenapa aku masih saja menulis tentang dirinya?. Apa aku masih mengharapkannya?. Entahlah, yang pasti kini ku merelakannya bersama dia. Aku tak ingin merusak kebahagiaannya, dia pantas untuk bahagia bersama pujaan hatinya.
Disaat aku yakin bahwa dialah cinta sejatiku, namun disaat itu pula aku mendengar kabar yang sangat menyakitkan. Tapi ya sudahlah, mungkin dia bukan cinta sejatiku. Mungkin hati ini hanya melepaskan penat sesaatnya saja. dan disaat penat ini hilang hati ini akan mengembara lagi tuk mencari hati yang mampu menerima aku apa adanya. Ya apa adanya.
Aku bukan seorang yang sempurna, aku hanya gadis biasa yang tak pintar namun guru selalu memberikan pujian itu. aku hanya gadis yang berkhayal untuk pergi ke paris. Aku tak sholeha dan juga tak jarang melanggar akidah agama, aku bukan seorang yang mudah untuk jatuh cinta. Namun dia, seorang yang sempurna, dan paling aku kagumin dia tak pernah lupa mengerjakan shalat. Subhanallah, mungkin itu yang membuatku mencintainya.
Aku menyadari bagimana mungkin dia bisa menyukaiku, aku tak mempunyai daya tarik sedikitpun. Entahlah, aku benci kepada sebagian lelaki namun, tidak padanya. Setiap hari, setiap jam, menit bahkan detik wajahnya, senyumnya, jalannya selalu saja melintas dipikiranku. Tapi bagaimana bisa aku mencintai seseorang yang suaranya tidak pernah aku dengar?, aneh memang, tapi aku menyukai itu.
Sampai saat ini hatiku tak bisa ku bohongi, aku masih susah untuk melupakannya. Aku masih mengharapkan setetes cinta darinya. Mungkin itu harapan yang kelabu, saat ku mendengar kabar itu. tapi sampai sekarang ini ini masih untuknnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar