Hari ini mungkin hari yang tidak menyenangkan. Ya tadi pagi aku bertemu sama sang pangeranku. Tapi dia seakan mengacuhkanku. Tanpa ada tegur sama diantara kami, dia berjalan menuju kelasnya.
Dalam hati aku merasa senang akan tetapi aku juga sedih. Sedih karena tak dihiraukannya. Tapi, itu juga salahku, salahku yang terkesan cuek kepadanya. Sudah beberapa bulan ini aku jatuh cinta kepadanya. Ini bukan cinta yang pertama dan juga bukan pada pandangan pertama.
Semenjak aku jatuh cinta padanya, selalu saja lembaran demi lembaran hatiku tergores oleh tinta sakit hati yang dibuat olehnya. Tidak hanya cueknya yang membuatku sakit hati, tapi ancaman dan gertakan dari orang yang menyukainya menghiasi hidupku setiap hari. Selain itu, tak segan ku mendengar cacian dan makian yang terdengar dari mulutnya untukku.
“kenapa dia cuek padaku?, kepada mereka, dia tidak cuek” pertanyaan itu selalu mengganjal dalam hatiku. aku tau dia tidak menyukaiku, dia tidak menyayangiku. Mungkin karena aku yang jelek, dan tak sepintar dirinya. Dia selalu menjadi juara pertama dikelasnya, bahkan disekolahan dia menjadi siswa teladan. Dia selalu mendapat juara umum disetiap semesternya.
Dia mempunyai pacar yang sangat cantik menurutku. Bahkan kepintaran pacarnya hampir bisa menyamai kepintaran dirinya. Mana mungkin Gio mencintaiku. Ya namanya adalah gio.
Tiap hari, hampir setipa cewek yang menyebut namanya. Mereka selalu menginginkan gio putus dengan pacarnya. Aku tak mengetahui nama pacarnya, dan aku juga gak mau tahu soal itu. tapi yang pasti, pacarnya cantik dan juga pintar.
Aku ingat ketika gio berkata tentangku kepada teman temannya, disaat aku lewat didepannya “Orang sok cantik lewat nih!” katanya pada teman temannya. Hatiku saat itu perih, malu juga menggerogoti batinku. Aku terus berjalan dengan cepat melewati tempat nongkrong dia dengan temannya. Sakit hatiku, tapi aku harus menerima kenyataan kalau dia tidak mencintaiku.
Pernah sekali, waktu aku lewat didepan kelasnya. Kebetulan dia duduk bersama teman temannya. Didepan kelasnya, dia dan teman temannya seperti membicarakanku. Dia dan temannya menatap sinis diriku, hatiku hancur melihat tatapannya.
Sekarang ku mencoba melupakannya. Tetapi, hatiku tak bisa ku bohongi. Wajahnya salalu terbayang olehku. Aku snagat mencintanya. Walaupun cinta tulusku dibalas olehnya dengan cacian dan makian.
Tidak punya perasaankah kau?, tapi biarlah semua berlalu. Walau hari hariku dikotori oleh lumpur sakit hati yang sangat panas. Kini aku harus sanggup melihat kemesraannya dengan pacanya. Kini aku harus sanggup menyatukan kepingan hatiku yang terpisah. Kini aku harus sanggup untu memilih dan memunguti kebahagiaanku yang telah dibuangnya. Dan kini aku harus sanggup untuk melupakannya.Itu semua telah ku coba, tapi aku tidak bisa dan sungguh aku tidak bisa. Bahkan tiap malam aku menangisinya, menangisi dia yang aku cintai.
Mungkin banyak temanku paginya bertanya “kenapa matamu bengkak sha?”. Tapi aku selalu menjawab “tadi pagi habis bantu mama ngiris bawang”. Jawaban yang aneh menurutku. Padahal aku tidka pernah ngiris bawang. Semuannya dikerjakan oleh pembantuku.
Kalau gak salah hari itu hari rabu, aku dengar dia putus dengan pacarnya. “eh, sha tau gak kabar tebaru, gio dan shena putus” kata seorang temanku. Itu pertama kalinya aku mengetahui nama pacarnya. Hatiku sangat senang mendengar kabar itu.
Tapi bagaimana dengan Gio?, kulihat dirinya dari kejauhan, tampak sedih dalam keburaman cintanya. Ingin ku mencoba untuk mendekatinya, tapi aku ak bisa. Aku takut dia meluncurkan cacian dan makiannya untukku. Memang miris kisah cintaku.
Kini aku sendiri, dan dia juga sendiri. Kini aku sepi, dia juga merasakannya. Ingin rasanya ku menghampirinya, tapi aku takut dengan cacian dan makiannya.Sekarang aku mencoba melupakannya. Dan hari ini adalah hari terakhirku melihatnya, karena kuharus pergi keluar kota untuk sementara waktu.
Bye gio
******
Aku tidak menyangka, disaat aku sudah bahagia dengan kehidupan baruku, gio datang lagi. Kali ini disekolah yang berbeda, didaerah yang berbeda pula.
Kini gio seklas denganku, dia kini tampak lebih pendiam. Aku tak berani menyapanya. Kini aku tak merasakan perasaan yang dulu membuatku menderita. Sekarang ku cuek dengan kehadirannya.
Dia, kini menjadi sosok gio yang berbeda, gio yang pendiam. Gio yang suka menyendiri. Pada suatu hari kalau gak salah hari itu hari selasa, dia memanggilku, disaat itu aku sedang duduk ditaman bersama teman temanku.
“sha, kamu masih suka sama aku”. Entah setan apa yang merasuki dirinya hingga dia berkata seperti itu. “ emang kenapa?” aku heran. “aku cinta kamu, maaf dulu aku mengejekmu. Aku melakukan itu karena aku mencintai kamu. Aku sengaja memutuskan shena karena kamu. Aku sayang sama kamu sha” katanya kepadaku.
Aku tak tahu jawabannya, yang pasti perasaan itu sekrang tak ada lagi.” Tapi bagaimana dengan kamu yang cuek kepadaku? Bagaimana dengan kamu yang selalu mencaciku dulu? Bagaimana dengan kamu dan temanmu yang selalu membicarakanku? Bagaimana denganmu yangs elalu jutek denganku?, dan yang terakhir kenapa kamu terlihat murung dan selalu melamun ketika putus dengan shena?” Tanya beruntunku padanya.
“kalau soal itu, aku akan jawab. Ketahuilah, ketika kamu mendahuluiku, aku selalu memperhatikan kamu, aku menatapmu. Aku hafal dengan cara jalanmu. Aku selalu mencacimu karena aku ingin selalu didekatmu, hanya itu yang bisa mendekatku denganmu. Aku membicarakanmu karena aku sayng kamu. Aku bialng pada temanku, bahwa kau mencintaimu. Aku sayang sama kamu. Aku bilang bahwa kamu ada dihatiku. Aku murung, aku merenung karena aku bingung bagaimana cara menyatakan perasaanku padamu”. Dia menangis di hadapanku, tapu aku hanya menjawab “aku telah melupakanmu”.
karangan : Fhitratul illahi